LinLinaKarlina.blogspot.com
Karlina422900@gmail.com
Ruh Merencanakan Kematian
Oleh : Sukarlina
Night is My Life
Malam terasa dingin, langit menampakkan sepenggal bulan dikelilingi
hamparan para bintang-bintang, sepertinya malam begitu cerah setelah awan gelap
datang dan hujan membasahi tanah sore tadi, sejuknya angin menerobos
lubang-lubang dinding bambu rumah secara perlahan, suara jangkrik menandai
malam semakin larut, rasanyapun semakin dingin, terlihat bekas daun yang rontok
gara-gara hujan yang datang bersama angin kencang berserakan di pelataran
rumah, pelataran rumah yang cukup luas untuk bermain gobak sodor oleh beberapa
anak kecil, nampak kotor sekali, pun juga ranting-ranting yang patah jatuh
menggores dan melukai tanah yang tak bersalah, sisa rontokan bunga mawar
berhamburan seakan berziarah dan menaburi bunga di atas kuburan, entah
bagaimana dengan durinya, tangga ubin depan terlihat masih basah dengan sedikit
genangan air yang mungkin sekarang jadi sarang nyamuk-nyamuk, secangkir kopi
panas dan cemilan krupuk nasi aking tertata di meja yang di kelilingi empat
kursi tepat di depan kanan pintu rumah, dari kursi paling pojok terlihat
seorang pria bujanganyang berumur hampir kepala empat sedang menghisap serutu
yang diameternya hampir menyamai jempol tangannya, sesekali ia menyelami kopi
dalam cangkir di depannya, lirikkan matanya menampakkan keseriusannya dalam
berpikir, entah tentang apa, dia adalah seseorang yang kolot (pikirannya) namun
sedikit modern (gaya hidupnya), apapun dia lakukan demi kepuasaan hidupnya,
bagaimanapun caranya.
Raga : “huuh..ademme. rasane
tembus nang tulang,
turu ae enak iki”
turu ae enak iki”
“Heeeeeeeeee Poro Leluhur
Jowo
Wengi mulai teko, Bantalku Bantal Gembuling
Ono Siroh Kudu Ileng, Sukmoku Kudu Nyanding
Cidek’o Rejekine, Adoh’o Blaine
Loro’o Tonggone”
Wengi mulai teko, Bantalku Bantal Gembuling
Ono Siroh Kudu Ileng, Sukmoku Kudu Nyanding
Cidek’o Rejekine, Adoh’o Blaine
Loro’o Tonggone”
Terdengar saat mantra berkumandang,
para ruh mulai berkliaran meninggalkan Raga yang terkapar, menyambut kegelapan
mimpi, impian, cita dan kebangsatan cinta.
Saat denting waktu menjamu
datangnya mimpi, Aku bahagia, Aku bebas, Aku tidak lagi di kekang dalam
busuknya Raga yang tidak ingin menjadi diri sendiri, dalam Raga yang selalu
bersandiwara, dalam Raga yang hanya memikirkan egoisnya.
Aku bebas….
Sekali lagi Aku bebas….
Aku bebas….
Sekali lagi Aku bebas….
Namun terkadang Aku sedih, Aku
bebas hanya di kala malam datang. Sebenarnya
Aku iri dengan Raga yang bekerja lebih lama di siang hari, rasaingin pergi ada di benakku, Aku ingin lari, lari, dan lari sejauh mungkin meninggalkan si Raga busuk.
Pernah Aku berpikir, jikalau Aku pergi tak kembali, apakah semua akan baik saja?
Apa kabar Raga disana?
Apakah Raga-raga yang lain mengiranya mati?
Atau Raga-raga yang lain tidak akanpeduli?
Lalu, bagaimana nasib Aku selanjutnya?
Apakah Aku ruh gentayangan?
AtaukahAku hanyalah arwah yang lupa dengan rumah?
Terbesit hinar binartanya tanpa jawaban yang logis. Ahh sudahlah Aku memang harus mengalah dan terus-terusan mengalah untuk Raga yang Aku tempati, untuk Raga yang tak peduli denganku. Esok adalah hari genap 40 tahun Aku bersama Raga busuk yang terkapar nyenyak ini, Aku tidak tau apa yang akan dia lakukan esok. Aku harap ia tidak lagi termakan Ruh jahat, yang egois dengan segalah kemurkaannya.
Aku iri dengan Raga yang bekerja lebih lama di siang hari, rasaingin pergi ada di benakku, Aku ingin lari, lari, dan lari sejauh mungkin meninggalkan si Raga busuk.
Pernah Aku berpikir, jikalau Aku pergi tak kembali, apakah semua akan baik saja?
Apa kabar Raga disana?
Apakah Raga-raga yang lain mengiranya mati?
Atau Raga-raga yang lain tidak akanpeduli?
Lalu, bagaimana nasib Aku selanjutnya?
Apakah Aku ruh gentayangan?
AtaukahAku hanyalah arwah yang lupa dengan rumah?
Terbesit hinar binartanya tanpa jawaban yang logis. Ahh sudahlah Aku memang harus mengalah dan terus-terusan mengalah untuk Raga yang Aku tempati, untuk Raga yang tak peduli denganku. Esok adalah hari genap 40 tahun Aku bersama Raga busuk yang terkapar nyenyak ini, Aku tidak tau apa yang akan dia lakukan esok. Aku harap ia tidak lagi termakan Ruh jahat, yang egois dengan segalah kemurkaannya.
Pagi telah tiba cuaca cerah datang menyapa, aroma embun tercium
sejuk di dada, terlihat dua orang berjalan mendekat perlahan, melangkahkan
kakinya menuju Raga yang sedang menyapu halaman rumah yang sangat kotor bekas
hujan kemarin, lalu mereka menyapa Raga, sepertinya Raga sudah akrab dengan
sosok mereka, dua orang yang yang berwajah kembar tapi berbeda tingkat
kesopanannya.
Kodir : “hee cak, dungaren
isuk wes tangi kon, gak ngipi kan aku iki?”
Sobirin : “enggak cok, ojok
ngunu talah, aku tangi isuk iki yo jange nyapu sampah-sampah iki loh, karene
udan wingi sore.”
Jabir : “Ealah cak, sakjane
sampean iki wes wayah duwe wong wedok, enak iso ngrumat sampean, sak umahe,
duduk nyapu dewe koyok ngeneh.”
Kodir : “iyo cak, umurmu piro
seh cak?
Kok sek seneng ae mbujang ngeneh?”
Kok sek seneng ae mbujang ngeneh?”
Sobirin : “Loh walah iyo rek,
umurku saiki genep petang puluh taun, tapi gak popo aku sek seneng urep dewe,
ndelok’en iki aku, bondo rabi ae gaonok, ndahnio due bojo tambah bongko bojoku
gak tak pakani.”
Jabir : “oalah cak, saknoe
urip sampean, awakdewe sek wolu likur taun wes podo rabi, yo Alhamdulillah di
kek’I cukup karo sing kuoso.”
Sobirin : “ iyo koen enak cuk,
tinggalane wong tuwamu sek akeh, tanah’e nangdi-ndi, yo makmur uripmu, wes
ngaliho! aku tak nutukno nyapu iki, selak awan, aku yo jange kerjo.”
Kadir : “yowes cak, awakdewe
tak muleh, ohyo iku mangkane wong tuwomu ngekek’I jeneng Sobirin, cek koen
sabar terus cak, hahaha.”
Jabir : “wahahaha, yowes
cak, Assalamualaiku.”
Sobirin : “juancuk raimu dir
kadir, iyowes ngalio, walaikumsalam.”
Suasana menjadi sepi, hanya terdengar suara sapu biting yang
digoreskan di tanah kotor oleh Raga, oiya aku lupa memperkenalkan sebelumnya,
Ragaku bernama Sobirin, memang bagus arti dari namanya yaitu Sabar, namun
menurutku nama itu berbalik dengan sifat dan sikap yang ia miliki. Dia bilang
sebentar lagi dia akan pergi bekerja, kalian tau apa kerjaan si Raga busuk ini?
Mungkin dari sifat dan sikap kita bisa menebak, dia hanya seorang pengangguran.
Eitss… sebentar,Raga hendak pergi, kemana ia pergi? Apabenar dia pergi bekerja?
yang aku tau selama 20 tahun terakhir dia pergi jalan-jalan keliling desa dan
hanya suka memalak di pasar kamboja, pasar yang berada di sebrang gang rumah,
itu yang sering ia lakukan disana, terkadang ia mencuri uang belanjaan ibu-ibu
yang datang ke pasar karna hasil palakannya sedikit, apa itu yang dia sebut bekerja?
Hal yang sudah basi untuk Aku ceritakan.
Oh tidak, Raga tidak pergi ke pasar, dia pergi jauh melebihi pasar.
Sebenarnya hendak kemana si Raga? ternyata dia berjalan ke ujung gang Kartini,
di sana ada sebuah rumah kosong, apa yang dia lakukan di rumah sepi itu? Oh di
situ sudah ada 3 orang yang sama berandalnya dengan Ragaku, ada Minto, Japar,
dan Bowo duduk di atas ranjang bambu, orang jawa sering menyebutnya amben,
mereka berempat duduk mengelilingi sebuah kartu bermain (Remi) dan di situ juga
ada beberapa uang, oh ternyata mereka bermain judi, itu yang Raga sebut
bekerja. Huh, sudah Aku bilang Raga tidak punya pekerjaan, pekerjaan yang
halal, pantas, dan barokah.
Sepulang dari berjudi, wajahRaga murung, dia kalah bermain, uangnya
habis tidak tersisa, entah nanti malam dia mau makan apa? Sedangkan persediaan
makanan di rumah sudah habis hanya tersisa 2 sendok gula, dan 1 sendok kopi
hitam. Di dalam rumah ada 4 ruang 1 kamar mandi, 1 ruang keluarga sekaligus
dapur yang hanya di sekat dengan lemari besar, dan 1 ruang kamar tidur, ada 1
ruang yang sangat rahasia, ruang yang memang di tempatinya untuk melakukan
suatu hal yang sangat mistis, tempat spiritual kekolotannya.
Dia menuju ke dapur melihat hanya ada 2 sendok gula dan 1 sendok
kopi hitam, dia putuskan untuk membuat secangkir kopi, lalu ia seruput di ubin
depan rumah, secangkir kopi terasa sepi tanpa adanya rokok, akhirnya secangkir
kopi tersebut di letakkan di meja depan rumah, lalu ia pergi mengutang
segelintir rokok di warung bu Ana. Di caci maki sudah pasti, namun tetap saja
dikasih oleh bu Ana, entah apa yang membuat bu Ana ikhlas memberinya, atau
mungkin bu Ana sedang digendam, suatu hal yang membuat si orang yang dipegang
akan ikhlas memberi apapun untuk orang yang memegang, dapatlah sebuah rokok 1
pack berisi 19 glintir rokok modern. Raga pulang kembali ke rumah lalu
menikmati secangkir kopi dan beberapa rokok
Setelah secangkir kopi habis dan beberapa rokok dihisapnya,
tiba-tiba Raga menguap kelihatannya dia sudah mulai mengantuk, perlahan dia
membersihkan sisa-sisa kopi dan rokoknya, lalu ia pergi ke kamar tidurnya,
diulanginya mantra-mantra pengantar tidurnya. Aku memulai aktifitasku tanpa
adanya paksaan dari Raga. Aku berdoa suatu saat Raga berhenti tidak di kuasai
Ruh jahat, sesekali dia mengikuti apa mauku. Tiba-tiba Ruh jahat datang dan
marah padaku.
Ruh jahat : “he Roh apik, koen gak usah berharap
nemen-nemen, raga iku wes tak
kuasai, koen gak iso utik-utik maneh,
gak kiro iso, mustahil koeniso dadino
Rogo koyok sing koen gelem,
hahahahahahaa……
koen gak usah macem-macem
nangaku, hahahaha……”
nemen-nemen, raga iku wes tak
kuasai, koen gak iso utik-utik maneh,
gak kiro iso, mustahil koeniso dadino
Rogo koyok sing koen gelem,
hahahahahahaa……
koen gak usah macem-macem
nangaku, hahahaha……”
Aku : “aku terserah Raga iso nglakoni opo,
gak nuntut Raga kudu dadi opo”
gak nuntut Raga kudu dadi opo”
Roh
jahat pergi Aku pun pergi menghibur diri. Berkeliaran mencari suasana yang
halal.
oooOooo
Pekerjaannya Bukan Pekerjaanku
Tidak terasa pagi menyambut kembali, seperti hari kemaren. Sobirin
atau si Raga tempat Aku menempel ini bergerak menuju rumah perjudian, namun
sebelum itu dia memalak di pasar untuk modal melakukan perjudian lagi, lumayan
banyak uang didapat. Seperti biasa sudah ada Minto, Japar, dan Bowo si teman
berjudinya.
Sobirin :
“Jancukk, gak tau menang aku cuk,
sakjane ikiaku sing goblok opo pancen
sing kuoso peleh
kasih gak tau ngekek’I aku rejeki sing
tepak, cuk jancuk.”
sakjane ikiaku sing goblok opo pancen
sing kuoso peleh
kasih gak tau ngekek’I aku rejeki sing
tepak, cuk jancuk.”
Bowo : “uwes ren, biren. Ojok
kakean cangkem koen,
ndang bayaro kene, kalah yo kalah, ojok kakean berlagak.”
ndang bayaro kene, kalah yo kalah, ojok kakean berlagak.”
Minto : “iyo bener koen wo,
ndang bayaro ren, ojok omong ae.”
Sobirin : “iyo, iyo cok, gak
kiro nakalan aku lek maen.”
Japar : “wes wes ayo lanjut
maen.”
Sobirin :”gak..aku leren,
duwekku wes entek cuk, wes buyar aku, lek koen koen kate terus yo terusno aku
tak muleh ae.”
Pasar belum sempat sepi tapi Raga sudah kehabisan uangnya, terbesit
ide di otaknya untuk mencopet ibu-ibu yang ada di pasar. Berhasil rencana
busuknya itu, kemudian dia memalak penjual di pasar, memalak beberapa makanan
untuk persediaan di rumah, dan ia juga membeli sebungkus bunga 7 rupa dan
sedikit menyan. Mungkin Raga akan melakukan hal spiritual malam ini. Lalu Raga
pulang dan duduk santai sambil menonton tv acara siang hari,lama kelamaan ia
terlelap tidur di kursi panjang depan tv di ruang keluarga. Terbangun saat Raga
mendengar suara adzan maghrib. Bangun, mandi, kemudian bersiap diri ibadah,
bukan untuk ibadah sholat maghrib namun Raga memulai ritualnya.
Setelah selasai membersihkan diri, Raga menggunakan pakaian jubbah
hitam, kemudian masuk ke ruang rahasia, disitu ia memulai ritualnya, tidak lupa
dengan membawa bunga 7 rupa dan sedikit menyan pada tungku arang hitam untuk
memberi aroma mistis.
Sobirin : “aku wes kesel mbah maen remi kalah terus,
aku njaluk mulai saiki aku menang terus maen’e”
“Dek-gembredek jantung
dredeg,
amben dijejeg dulinan mandek,
duwek nang ngarep kudu tak pendhet,
ati lego gak kiro nyandet”
amben dijejeg dulinan mandek,
duwek nang ngarep kudu tak pendhet,
ati lego gak kiro nyandet”
Kemudian
dia menabur bunga di sebuah tempe dan sedikit menyan, serta menaburi bedak
kuning yang sudah tersedia di dalam ruangan tersebut, mungkin sisa ritual
sebelumnya. Raga melalukan ritual tersebut selama kurang lebih 2-3 jam.
Selanjutnya Raga tidur di kamar tidur seperti biasanya.
Aku kasian pada diriku ini, diriku
yang telah tersangkut banyak dosa, diriku yang tak pernah Aku mau. Kapan Raga
bisa berbuat baik seperti yang selalu Aku impikan, ya Alloh?
Kapan dia berhenti berbuat hal-hal kotor ini? Kapan dia bertaubat? Kapan? Kapan?
Aku ingin keluar jauh dari Raga ini, ya Alloh…
Sungguh Aku lelah, benar-benar lelah….
Kapan dia berhenti berbuat hal-hal kotor ini? Kapan dia bertaubat? Kapan? Kapan?
Aku ingin keluar jauh dari Raga ini, ya Alloh…
Sungguh Aku lelah, benar-benar lelah….
05.00 pagi, terlalu buta Aku bangun hari ini, sebenarnya ada apa
pada Raga yang tiba-tiba bangun begitu pagi? Bukankah kemarin tidak turun
hujan? apakah ada yang harus dibersihkan di halaman depan? Tidak,kan? Semuanya
masih bersih, lantas ada apa? Ohh aku hampir lupa, semalam ada yang lagi ritual
mungkin dia akan bergerak pagi buta. Ternyata tidak seperti itu, Raga bangun
sepagi ini untuk mencopet dan memalak di pasar lebih pagi agar dapat uang lebih
banyak, untuk apa? Bukankah persediaan makanan masih banyak di rumah? Oh.oh
untuk judi di tempat haram itu? Bersama penjudi-penjudi tolol itu? Ah memang
sudah makanan harian mereka. Terpaksa lagi aku mengikutinya bergerak.
Kelihatannya hari ini Raga akan menang, seperti biasa setiap kali dia habis
ritual, dia pasti mendapatkan apa yang dia ingginkan.
Japar :
“jancok… ono opo dino iki? Kok moro
moro entek duwekku, kalah terus aku
dino iki, aku muleh, buyar, ambles
duwekku.”
moro entek duwekku, kalah terus aku
dino iki, aku muleh, buyar, ambles
duwekku.”
Minto : “yowes
mulio, mbalek’o maneh yo,
gowoen duwek’e bojomu, lek iso bojomu
gowe rene. Hahahahaaaa….”
gowoen duwek’e bojomu, lek iso bojomu
gowe rene. Hahahahaaaa….”
Sobirin : “yokk,
lanjuuuttttt.”
Minto : “nyohh
mati kon.”
Sobirin : “oohhh…
Sorry aku sek nduwe.”
Minto :
“Jancok. Gak mati-mati koen iku.”
Bowo : “iyo
dungaren koen rodok enak maene
dino iki,cok?
dino iki,cok?
Sobirin : “lhoo
lhoo yo mesti iku, mosok kalah
kokterus, yo bagilah rek titik edang.”
kokterus, yo bagilah rek titik edang.”
Bowo : “iyowess
ojok omong taek tok, terusmo
wayahmu mlaku, cok.”
wayahmu mlaku, cok.”
Minto : “nyoh
matio saiki kon... !!”
Sobirin : “ohh
sek durung iso.”
Bowo : “jasik,
sek urip ae arek elek iki.”
Sobirin :“hahahahaaaaa….,hemm
gepuk’an
terakhir nyohh aku menang.”
terakhir nyohh aku menang.”
Minto : “oh oke
ayo maneh.”
Bowo : “aku
mundur, duwekku entek, sek tak
muleh sek golek kalunge bojoku, utawa
gelange makku tak juouk’e sek.”
muleh sek golek kalunge bojoku, utawa
gelange makku tak juouk’e sek.”
Sobirin : “loh
temen ta iku ayok ken ewes tak
ladeni. Gowoen kabeh sak bojomu, sak
mamkmu-makmu gowo rene minto
seneng sing koyok makmu mngunu iku.”
ladeni. Gowoen kabeh sak bojomu, sak
mamkmu-makmu gowo rene minto
seneng sing koyok makmu mngunu iku.”
Minto : “woohh
jancok raimu iku ren.”
Bowo : “yowes
muleh sek rek.”
Sobirin : “ayok
senggel.”
Minto : “lho
nantang, ayookk”
Sobirin :
“nyoohhhh…”
Minto : “jancok
sek kaet maen wes mati, Asuu”
Sobirin :
“wahahahaha….”
Bowo kembali datang membawa kalung istrinya entah
terjadi apa di rumahnya, kenapa istrinya mau memberikan kalungnya.
Bowo : “hee…
ayok lanjutttt..”
Sobirin : “loh
ayok, konco sing ngeneh iki loh
aku seneng. Ayok wo terusno kalahmu.”
aku seneng. Ayok wo terusno kalahmu.”
Bowo : “yo ojok
kalah rek rugi ngrampas iki
teko gulune bojoku. Hahaha..”
teko gulune bojoku. Hahaha..”
Minto : “jare
sopo koen kate menang? Gak kiro,
koen pantesan kalah ren sobiren.”
koen pantesan kalah ren sobiren.”
Sobirin : “yo
delok’en ae ta… lak aku sing
menang”
menang”
Bowo : “ojok
macem-macem.”
Sobirin : “loh
kan iki aku seng menang, wes
ayokk gowo rene kabeh duwek’e..
aku menang.”
ayokk gowo rene kabeh duwek’e..
aku menang.”
Benar sekali Raga menang kali ini, dibawanya banyak
uang dan kalung istri bowo yang sudah di taruhkan oleh bowo di perjudian itu.
Menang, bahagia sudah pasti Raga rasakan, tpi tidak dengan Aku.
Berjalan arah pulang ke rumah sambil memamerkan uang haramnya, sudah
hampir malam, buktinya sudah mulai terlihat bulan di atas sana, namun matahari
masih belum menghilang. Raga senang sekali dengan kemenangannya. Saat Raga
berhenti berjalan tiba-tiba seseorang melewatinya dan meninggalkan aroma yang
begotu semerbak, harum sekali, oh ternyata wanita. Wanita dengan ciri-ciri
seperti seorang pelacur. Raga mengikutinya, jelas Aku juga megikutinya. Ah
ternyata benar dia seorang pelacur, banyak sekali wanita-wanita pelacur di tepi
kanan kiri gang mawar ini. Oops sedang apa Ragaku ini? Kelihatannya dia akan
menjajankan uangnya untuk hal menjijikan ini. Aduh kenapa harus bertemu wanita
itu. Semakin besar dosa-dosaku, Aku tidak ingin, sungguh Aku tidak ingin.
Saat si Raga busuk melakukan itu pada Raga wanita. Aku terdiam
pasrah mengikutinya bercumbu mengundang nafsu. Aku sedih namun apa yang harus
aku lakukan, kondisinya Raga sekarang sedang mabuk, sehingga dia lupa diri.
Raga berdiam diri, kemudian Ragaku melihat wanita itu memejamkan
matanya dengan kedua bibir tampak gemetar, Sambil menunggu sentuhan bibir Raga,
kedua tangan wanita itupun mulai meraba kepala dan kemudian bergayut di leher
Ragaku juga sedikit menggelitik menggoda,
Raga juga gemetar, perlahan dan dengan lembutbibir Ragapun mulai mendekatpada bibir wanita kotor itu, lalu dengan lembut dirasakannya bibir itu, si wanita membalas ciuman itu, Sehingga keduanya pun saling menciumi bibir satu sama lain, bibir Raga menggeliat menari-nari seolah berdansa dengan bibir si Raga wanita, perlahan Raga membuka kancing-kancing pada gaun merah yang menyelimuti tubuh si wanita, terdengar suara desahan nafas si Raga wanita, Raga pun mulai merambat kebawah menyapa si kembar putik bunga Kantil yang berseri, menikmati aroma sedapnya serbuk sari yang mulai membius nafsu, syahwatpun semakin menjadi-jadi, perlahan Raga menikmati wewangian yang semerbak, desahan itupun semakin terdengar kuat, melihat hal itu Aku benci.. Aku muak.. Aku bosan..dengan semua yang mereka lakukan. Raga semakin menjadi-jadi tangannya meluap kesegala arah, bibirnya menyapa hampir kesemua bagian, pedang sakti mulai mengetuk pintu surga dunia. Perlahan pemilik surga membukakan pintu kenikmatan, Aku melihat, Aku juga merasakan si Raga membunuh Raga Wanita, namun Raga wanita itu tidak mati, kedua tangannya menghempas menyelimuti Raga dimana aku berada, benar dia tidak mati namun dia semakin menikmati sayatan-sayatan pedang si Raga busuk, lalu pedang mengeluarkan bisa racun yang akan meracuni surga dunia itu, matilah si Raga wanita...
Raga juga gemetar, perlahan dan dengan lembutbibir Ragapun mulai mendekatpada bibir wanita kotor itu, lalu dengan lembut dirasakannya bibir itu, si wanita membalas ciuman itu, Sehingga keduanya pun saling menciumi bibir satu sama lain, bibir Raga menggeliat menari-nari seolah berdansa dengan bibir si Raga wanita, perlahan Raga membuka kancing-kancing pada gaun merah yang menyelimuti tubuh si wanita, terdengar suara desahan nafas si Raga wanita, Raga pun mulai merambat kebawah menyapa si kembar putik bunga Kantil yang berseri, menikmati aroma sedapnya serbuk sari yang mulai membius nafsu, syahwatpun semakin menjadi-jadi, perlahan Raga menikmati wewangian yang semerbak, desahan itupun semakin terdengar kuat, melihat hal itu Aku benci.. Aku muak.. Aku bosan..dengan semua yang mereka lakukan. Raga semakin menjadi-jadi tangannya meluap kesegala arah, bibirnya menyapa hampir kesemua bagian, pedang sakti mulai mengetuk pintu surga dunia. Perlahan pemilik surga membukakan pintu kenikmatan, Aku melihat, Aku juga merasakan si Raga membunuh Raga Wanita, namun Raga wanita itu tidak mati, kedua tangannya menghempas menyelimuti Raga dimana aku berada, benar dia tidak mati namun dia semakin menikmati sayatan-sayatan pedang si Raga busuk, lalu pedang mengeluarkan bisa racun yang akan meracuni surga dunia itu, matilah si Raga wanita...
Zzeeppp… sekejap darahku mengalir deras dari ujung kaki ke ujung
kepala, tiba-tiba panas dingin.
Aku kira Raga wanita itu telah mati.
Aku takut sekali..
Sebentar… !!!
Aku masih mendengar desahan nafasnya, meskipun tak senyaring desahan sebelumnya, Huffhh…. @#$%*
Ternyata si Raga busuk tidak membunuhnya, untung saja itu tidak terjadi.Namun Aku kesal, Aku benci, Aku tidak suka, Aku seakan menjadi budak di dalam Raga ini, Aku malu, Aku merasa aku hanyalah sebuah Ruh yang menjijikan, Aku terbebani dengan banyak dosa, dosa yang Raga busuk lakukan.
Aku benci Ragaku, benar-benar benci,
Aku benciiiiiiiiiii……………………..!!!!!!!!
Aku takut sekali..
Sebentar… !!!
Aku masih mendengar desahan nafasnya, meskipun tak senyaring desahan sebelumnya, Huffhh…. @#$%*
Ternyata si Raga busuk tidak membunuhnya, untung saja itu tidak terjadi.Namun Aku kesal, Aku benci, Aku tidak suka, Aku seakan menjadi budak di dalam Raga ini, Aku malu, Aku merasa aku hanyalah sebuah Ruh yang menjijikan, Aku terbebani dengan banyak dosa, dosa yang Raga busuk lakukan.
Aku benci Ragaku, benar-benar benci,
Aku benciiiiiiiiiii……………………..!!!!!!!!
oooOooo
Idamannya Aku Suka
Raga baru sadar di pagi hari. Bergegas dia pulang dari rumah
pelacuran tersebut. Saat perjalanan pulang di perempatan pasar Raga berjumpa
dengan seorang wanita yang cantik, terlihat Indah sekali dengan busana biru
panjang berjilbab putih membawa beberapa sayur belanjaannya. Didekatinya si
wanita berjilbab itu oleh Ragaku. Aku sempat senang merasakan raga jatuh cinta
pada seorang wanita yang sholehah, tapi Aku malu jika ingat apa yang terjadi
tadi malam, hal yang begitu kotor, menyakitkan bila aku ingat-ingat lagi.
Yasudahlah sekarang Raga seleranya lagi bagus.
Raga : “hai,
asssalamualaikum… cantik..
Perkenalkan nama saya Sobirin. Adek
namanya siapa?”
Perkenalkan nama saya Sobirin. Adek
namanya siapa?”
Wanita :
“waalaikumsalam wr.wb. mas. Ada apa
ya? Kok mas tiba-tiba di hadapan saya?”
ya? Kok mas tiba-tiba di hadapan saya?”
Si wanita berjilbab menjawab sambil merunduk entah itu
malu,menghormati, atau takut dengan gaya pakaian Raga yang seram seperti
preman.
Raga : “jangan
takut dek, mas cuman mau
berkenalan saja sama adek. Namanya
adek siapa? Kok sepertinya mas tidak
pernah tau adek di daerah sini ya? Apa
adek pendatang di daerah sini? Atau ade
kebetulan hanya belanja di pasar ini saja?
berkenalan saja sama adek. Namanya
adek siapa? Kok sepertinya mas tidak
pernah tau adek di daerah sini ya? Apa
adek pendatang di daerah sini? Atau ade
kebetulan hanya belanja di pasar ini saja?
Wanita : “iya mas
saya pendatang,nama saya
Ayu, saya dulu TKW dari luar negeri
sekarang saya ikut bude Lilik, rumahnya
nggak jauh dari pasar kamboja ini mas.”
Ayu, saya dulu TKW dari luar negeri
sekarang saya ikut bude Lilik, rumahnya
nggak jauh dari pasar kamboja ini mas.”
Raga : “oohh
jadi begitu? Kenapa adek suka
merunduk ya? Adek jangan takut sama
mas ya! Mas nggak akan apa-apain adek
kok, oiya adek mau mas antar?”
merunduk ya? Adek jangan takut sama
mas ya! Mas nggak akan apa-apain adek
kok, oiya adek mau mas antar?”
Wanita : “oh ndak
usah mas, Ayu bisa pulang
sendiri, lagian rumahnya dekat. Yaudah
mas, Ayu mau pulang dulu,
Assalamualaikum….”
sendiri, lagian rumahnya dekat. Yaudah
mas, Ayu mau pulang dulu,
Assalamualaikum….”
Raga :
“waalaikumsalam..”
si wanita berjalan meninggalkan Raga. Raga pun
berjalan pulang sambil berbicara sendiri. Sepertinya Raga menyukainya, si
wanita cantik berjilbab bernama Ayu tadi.
Raga : “walahh
ayuuuune genduk iku mau,
cocok jenenge Ayu arek uwayuu nemen,
pantes koyok’e dadi bojoku, wahahah..”
cocok jenenge Ayu arek uwayuu nemen,
pantes koyok’e dadi bojoku, wahahah..”
Kepedean si Raga busuk ini, tapi tak apalah niatnya baik untuk
mempersunting wanita yang sholeha. Aku cukup senang dengan niatannya itu.
Sesampai di rumah Raga tak henti-hentinya memikirkan wanita berjilbab putih
tadi. Raa penasaran dan tanda tanya besar ada di benaknya. Optimism untuk
mencari tau terasa kuat. Terlalu yakin akan kepantasannya untuk mempersunting
Ayu yang memang berparas ayu.
Raga tertidur pulas di kursi depan
tv. Melanjutkan tidurnya, tadi malam terlalu larut dia begadang dengan pelacur
gaun merah. Nyenyak sekali tidurnya. Dia lupa akan tantangan berjudi untuk hari
ini. Aku senang melihatnya tidur seperti ini. Dia melupakan perbuatan haram
itu. Hingga sore hari dia tertidur pulas.
Tepat pukul 03.48 sore Raga terbangun. Bergegas ia mandi dan
berdandan rapi, wangi. Tidak biasanya ia lakukan ini, berdandan tanpa jaket
kulit hitam, jadi tidak terlihat seperti preman. Hendak apa dia? Oh Aku ingat,
dia mulai kasmaran. Alias jatuh cinta. Memang ya jatuh cinta itu indah, bahkan
bisa merubah seseorang gaya preman menjadi bergaya bagai saudagar, hahahah…
Gara-gara cinta orang bisa lupa diri. Tapi sekali lagi Aku senang semoga Ayu
bisa membuatnya bertaubat. Membuatnya menjadi seseorang yang benar-benar
sholeh. Hidup di jalan Alloh SWT. Amin…. Aku amat berharap besar pada Ayu si
wanita berjilbab itu.
Tiba-tiba Raga membawaku pergi mengendap-endap di samping rumah bude
Lilik tempat tinggal Ayu sekarang, kebetulan Ayu sedang berdandan cantik
menggunakan jilbabnya kemudian Ayu keluar ternyata hendak pergi ke masjid.
Ketahuanlah Raga oleh Ayu, kemudian Ayu menyapa dan mengajak Raga pergi ke
masjid, tapi banyak sekali alasan yang diada-ada oleh Sobirin atau Ragaku, agar
tidak pergi ke masjid. Sebenarnya dia tidak pernah suka datang ke masjid.
Sobirin : “eh adek Ayu, hendak kemana dek?”
Ayu : “loh mas kok ada disini? Ayu mau pergi
ke masjid, ayok mas ikut ke masjid, kita
sholat maghrib bareng-bareng, itu sudah
mulai terdengar qiro’ah.”
Ayu : “loh mas kok ada disini? Ayu mau pergi
ke masjid, ayok mas ikut ke masjid, kita
sholat maghrib bareng-bareng, itu sudah
mulai terdengar qiro’ah.”
Sobirin:
“oh maaf dek, mas ada urusan. Barusan
kebetulan saja mas lewat depan sini,
Kalau gitu mas pulang dulu ya?”
kebetulan saja mas lewat depan sini,
Kalau gitu mas pulang dulu ya?”
Ayu : “iya mas ati-ati.”
Sobirin : “iya ati-ati juga dek.”
Mereka berjalan berpencar, Ayu pergi ke masjid dan Sobirinpun
berjalan menuju rumah. Sampai di rumah Ragaku masih terbayang-bayang wajah
cantik si Ayu, dia ingin tau sekali tentang Ayu. Tiba-tiba Raga kembali ke
rumah bude Lilik, bukan untuk menemui Ayu karna Ayu sholat maghrib sekalian
isya’ di masjid, Raga menemui bude untuk mencari tau tentang Ayu. Bude terkejut
kenapa Sobirin menghampirinya.
Sobirin : “nuwun sewu bude, kulo bade tanglet
masalah Ayu, mboten ganggu kulo
mriki?”
Tiba-tiba saja Ragaku ini masuk dan bergegas bertanya ke bude Lilik.
masalah Ayu, mboten ganggu kulo
mriki?”
Tiba-tiba saja Ragaku ini masuk dan bergegas bertanya ke bude Lilik.
Bude : “ohh iyo ren, onok opo yo karo Ayu?
Kok dungaren awkmu dolen rene? Ojok
medeni bude ngeneh, onok opo karo
Ayu?”
Bude khawatir takut terjadi sesuatu dengan Ayu., keponakan satu-satunya yang masih baru berada di desa ini.
Kok dungaren awkmu dolen rene? Ojok
medeni bude ngeneh, onok opo karo
Ayu?”
Bude khawatir takut terjadi sesuatu dengan Ayu., keponakan satu-satunya yang masih baru berada di desa ini.
Sobirin : “mboten wonton nopo-nopo bude,
meniko loh bude, kulo remen kale Ayu,
ngapunten bude, Ayu niku pripun criose
kok wonten mriki nderek bude ten
mriki?”
meniko loh bude, kulo remen kale Ayu,
ngapunten bude, Ayu niku pripun criose
kok wonten mriki nderek bude ten
mriki?”
Bude : “ oh Ayu iku asline ponak’ane pak de,
teko kebumen, arek’e biyen kerjo nang
luar negeri dadi TKW. Neng kono de’e
digudoi dirayu lek gak gelem disikso
terus karo juragane. Kabeh wong ngarani
Ayu prawan tuwek tapi sepurone yo
ren. Asline de’e wes gak perawan, de’e
mari diperkosa karo juragane mangkane
iku Ayu moleh nang indonesia maneh.”
teko kebumen, arek’e biyen kerjo nang
luar negeri dadi TKW. Neng kono de’e
digudoi dirayu lek gak gelem disikso
terus karo juragane. Kabeh wong ngarani
Ayu prawan tuwek tapi sepurone yo
ren. Asline de’e wes gak perawan, de’e
mari diperkosa karo juragane mangkane
iku Ayu moleh nang indonesia maneh.”
Sobirin : “ oalah ngoten bude? Ayu kok mboten
wangsul teng kebumen bude?”
wangsul teng kebumen bude?”
Bude : “ neng kebumen de’e wes gak duwe
sopo-sopo, umah’e wes di dol gae
slametane bapak ibuk’e sing meninggal
sopo-sopo, umah’e wes di dol gae
slametane bapak ibuk’e sing meninggal
tahun
wingi gara-gara kecelakaan nang
dalan kebumen kono.”
dalan kebumen kono.”
Tanpa
pikir panjang Raga tetap menyukai Ayu si wanita sholeh berjilbab meskipun sudah
tidak perawan lagi gara-gara diperkosa juragannya di luar negeri sana.
Sobirin : “ohhhh.. ngoten bude, bude kulo bade
nglamar Ayu dados garwo kulo, pripun
bude nopo bude ngerestui?
nglamar Ayu dados garwo kulo, pripun
bude nopo bude ngerestui?
Bude : “ loh temenan ta iku ren? Awkmu gak
nyesel ayu wes gak prawan?”
nyesel ayu wes gak prawan?”
Sobirin : “enggeh bude, kulo serius nglamar Ayu.
Ayu meniko umur pinten nggeh bude?”
Ayu meniko umur pinten nggeh bude?”
Bude : “yowes ren, engko tak takokne Ayu sek
opo arek’e gelem nikah karo awkmu opo
gak? Ayu umure 40an lek gak salah,
Awakmu temenan kan ren? Gak cuman
gae dolenan ponak’anku Ayu ?”
Sobirin:“mboten bude, kulo serius, nggeh pun
bude, kulo bade wangsul rumiyen”
opo arek’e gelem nikah karo awkmu opo
gak? Ayu umure 40an lek gak salah,
Awakmu temenan kan ren? Gak cuman
gae dolenan ponak’anku Ayu ?”
Sobirin:“mboten bude, kulo serius, nggeh pun
bude, kulo bade wangsul rumiyen”
Bude : “oalah iyo ren, yowes engkotak
omongno lek arek’e teko.
omongno lek arek’e teko.
Ayu datang saat Ragaku atau Sobirin kelur dari rumah bude Lilik, Ayu
kebingungan sedang ada apa di rumah bude, kenapa ada Sobirin. Lalu Sobirin
terburu-buru untuk pulang kelihatannya dia senang sekali, meskipun belum resmi
Ayu menerima lamarannya. Sampai di rumah Raga loncat menari-nari senang sekali
setelah tau asal muasal Ayu, meskipun Ayu sudah tidak perawan lagi, Raga siap
menerima Ayu. Yah baguslah semoga Ayu menerima Raga menjadi suaminya, dan
semoga Raga bisa menjadi orang yang beruntung, dan kemudian bertaubat menjadi
orang yang sholeh.
Hari sabtu pakde dan bude Lilik tiba-tiba mendatangi rumahku, Raga
masih tertidur pulas, yaiyalah..
Sekarang masih jam 7 pagi. Diketuklah pintu oleh pakde dan bude memanggili nama
Ragaku. Kemudian Ragaku terbangun dari tidurnya, kemudian membukakan pintu dan
mempersilakan pakde dan bude masuk dan duduk, lalu Raga berlari ke kamar mandi
untuk cuci muka. Kemudian mulailah mereka bercakap-cakap.
Sobirin : “ngapunten, wonten nopo niki bude kale
pakde kok mriki? Nopo sampun dijawab
kale Ayu?
pakde kok mriki? Nopo sampun dijawab
kale Ayu?
Bude : “iyo ren, Ayu gelem nikah karo
awakmu, yeopo opo awakmu serius
kate nikah karo Ayu?”
awakmu, yeopo opo awakmu serius
kate nikah karo Ayu?”
Pakde : “pakde setuju ren, wes ndang minggu
sesok iki nikahan dimulai awakmu
setuju?”
sesok iki nikahan dimulai awakmu
setuju?”
Sobirin : “owalah enggehpun pakde, dinten niki
kulo siapaaken sedoyonipun pakde.”
kulo siapaaken sedoyonipun pakde.”
Pakde : “yowes ngunu ae ren, pakde bude pamit
muleh”
muleh”
Sobirin : “nggehpun pakde”
Hari ini Raga menyiapkan apa-apa yang diperlukan dalam acara pernikahannya
besok dengan Ayu. Dari ketring, terop, penghulu, bahkan sampai maharnya. Raga
menggunakan kalung yang dulu dia menangkan dari judi dengan Minto, Japar, dan
Bowo serta seperangkat alat sholat untuk Ayu.
Hingga larut malam Raga mempersiapkan itu semua. Terlihat lelah
sekali lalu dia tertidur pulas di kursi depan TV di rumahku. Aku senang sekali
melihat betapa seriusannya Raga untuk mempersunting Ayu si wanita sholeha
berjilbab itu. Aku ingin cepat-cepat hal itu terjadi. Berharap besok menjadi
hari yang paling indah untuk Raga dan Aku.
Hari minggu jam 8 pagi Ragaku telah sah mempersunting Ayu. Mereka
sudah menjadi suami istri. Para tamu memberi ucapan selamat kepada kedua
mempelai suami dan istri. Aku senang sekali, aku bangga dengan Ayu semoga dia bisa
merubah Raga menjadi orang yang sholeh dan tidak melakukan hal-hal bodoh
seperti preman lagi.
Esok harinya setelah acara selesai peralatanpun dibersihkan dan
apapun yang disewa dikembalikan. Saat Sobirin dan Ayu bersepeda menggunakan
sepeda peninggalan bapak Sobirin,
tiba-tiba bertemu dengan wanita pelacur, wanita yang dulu dikenalnya di jalan,
yang dulu menggunakan gaun merah, yang dulu pernah tidur bahkan pernah
dipersetubuhinya.
Ragaku melirik ke wanita itu, tanpa diketahui Ayu, wanita itu mengedipkan
matanya ke Sobirin, lalu Sobirin berusaha memalingkan wajahnya dan menganggap
tidak pernah ada apa-apa atau bahkan tidak lagi mengenalinya. Sepertinya wanita
itu berusaha merayu ke Ragaku lagi. Tapi bagus..! Ragaku tidak tergoda.
Setelah sampai di rumah Ragaku bingung, dia resah sekali gara-gara
melihat wanita itu lagi. Yasudahlah..
Ragaku pura-pura tenang melupakan hal buruk itu. Ayu menghampirinya membawa teh hangat untuk
bersantai.
Ayu : “ada pa mas? Mas kok terlihat resah”
Sobirin : “gak ada apa-apa kok sayang.. Mas lagi
bingung aja, apa barang-barang yang
disewa sudah benar-benar di kembalikan
apa belum yaa?”
bingung aja, apa barang-barang yang
disewa sudah benar-benar di kembalikan
apa belum yaa?”
Ayu : “Sudah kok mas.. Yaudah minum dulu
tehnya mumpung masih hangat”
tehnya mumpung masih hangat”
Sobirin : “hemm... Iya makasih ya sayang, ayok
tidur siang sayang”
tidur siang sayang”
Sobirin
mengajak Ayu masuk ke kamar dan mengajaknya tidur siang tapi tidur yang tanda
kutip. Hahahaa kali ini Aku tidak mau mengintip. Mereka sedang menikmati malam
pertama atau lebih tepatnya siang pertama, hahah..
Kan mainnya siang hari. Hihihi.....
Dasar pengantin baru..... hehe....
Kan mainnya siang hari. Hihihi.....
Dasar pengantin baru..... hehe....
oooOooo
Wanita Gaun Merah
Aku melihat seseorang
di samping rumah. Oh ternyata wanita pelacur tadi. Dia mengendap-endap
mengintip Ragaku yang sedang bercinta dengan istrinya dari celah-celah lubang
dinding. Kelihatannya wanita itu ikut merasakan apa yang dilakukan Ragaku dan
Ayu. Lihat saja wanita itu mendesah sendiri, ia merasa terangsang dengan
belaian tangannya sendiri. Bodoh sekali wanita itu, sebegitunyakah dia menyukai
Ragaku? Ah konyol.
Saking merangsangnya
sampai wanita itu terpeleset ubin samping rumah. Hahaha... Kasian sekali wanita
itu. Hingga menganggu Ayu dan Ragaku. Tapi Ragaku tidak menghiraukannya.
Dikiranya kucing sedang lewat. Kemudian si wanita pelacur itu lari pulang ke
rumahnya. Setelah menikmati tubuh istrinya. Raga bergegas istrinya pergi.
Hendak kemana mereka? Ah mungkin mau jalan-jalan, yah maklum masih masa
anget-angetnya pengantin baru.
Malamnya saat Raga dan
istrinya tidur Aku pergi ke tempat pelacuran wanita bergaun merah. Ternyata di
tempat pelacuran dia tidak ada. Aku mencoba mendatangi rumahnya, benar dia ada
di rumah menangis. Wanita ini tinggal sendiri di rumahnya yang kelihatannya
mewah tapi sepi sekali.
Kenapa dia ini?
Apa benar dia suka Ragaku?
Apa benar dia jatuh cinta pada Ragaku?
Ahh masak sih?
Sebentar, lihat apa yang dia lakukan?
Kenapa dia memegang bunga 7 rupa?
Apa dia juga paham tentang ritual-ritual seperti yang biasa Raga lakukan?
Kenapa dia ini?
Apa benar dia suka Ragaku?
Apa benar dia jatuh cinta pada Ragaku?
Ahh masak sih?
Sebentar, lihat apa yang dia lakukan?
Kenapa dia memegang bunga 7 rupa?
Apa dia juga paham tentang ritual-ritual seperti yang biasa Raga lakukan?
Wanita ini memang
persis seperti Ragaku. Kolot sekali, masih saja percaya dengan hal-hal yang
tidak baik, masih saja melakukan ritual-ritual yang berhubungan dengan setan.
Lihat saja apa yang dia lakukan, dia menggenggam bedak pada tangan kanan dan
dengan bunga-bunga yang ditabur oleh tangan kirinya.
Wanita : “mbah aku pingin Sobirin kenal aku
lebih, pingin de’e eroh lak aku neng kene
seneng de’e. Aku loro ati ndelok Sobirin
ambek wedok’ane mbah, aku sedih
ngrasakno iku.”
Wanita : “mbah aku pingin Sobirin kenal aku
lebih, pingin de’e eroh lak aku neng kene
seneng de’e. Aku loro ati ndelok Sobirin
ambek wedok’ane mbah, aku sedih
ngrasakno iku.”
“Niat ingsun pupur, batukku sodo sa’lah, alisku sak tanggal sepisan,
motoku damar kanginan, irungku semerung gondoh, untuku melar kombang, kupingku
sengkalingan, pundakku rajinmas.
apik’o dandananku !! ayu’o awakku !!”
apik’o dandananku !! ayu’o awakku !!”
Nah.. kan... sama persis seperti Ragaku,
masih saja melakukan hal kolot kotor ini. Ah sama saja dia itu. Aku jadi malas dengannya, semoga
saja dia tidak menggangggu kehidupan Ragaku dan istrinya. Aku sudah cukup
bahagia dengan adanya Ayu yang sekarang menjadi istrinya. Lambat laun mungkin
bisa merubah Sobirin atau Ragaku menjadi orang yang sholeh.
Saat pagi menyapa Ragaku terbangun, tapi Ayu sudah bangun terlebih dahulu dan menyiapkan makanan. Dan Ayu bercerita pada Sobirin bahwa persediaan makanan telah habis.
Ayu : “mas persediaan makanan di dapur
sudah habis, gimana buat besok? Kita
sudah tidak ada makanan lagi.”
Sobirin : “tenang aja sayang, besok mas kerja,
akan mas bawakan persediaan makanan
yang banyak buat kita, sekarang kita
santai-santai dulu, ayok lihat tv.”
Ayu : “Terus untuk nanti malam kita gak ada
gula sama sekali, bagaimana?”
Sobirin : “yasudah kamu ngutang dulu di warung
depan, bilang saja saya yang nyuruh ya
sayang.”
Ayu : “yasudah deh sayang saya coba dulu ya?”
Saat pagi menyapa Ragaku terbangun, tapi Ayu sudah bangun terlebih dahulu dan menyiapkan makanan. Dan Ayu bercerita pada Sobirin bahwa persediaan makanan telah habis.
Ayu : “mas persediaan makanan di dapur
sudah habis, gimana buat besok? Kita
sudah tidak ada makanan lagi.”
Sobirin : “tenang aja sayang, besok mas kerja,
akan mas bawakan persediaan makanan
yang banyak buat kita, sekarang kita
santai-santai dulu, ayok lihat tv.”
Ayu : “Terus untuk nanti malam kita gak ada
gula sama sekali, bagaimana?”
Sobirin : “yasudah kamu ngutang dulu di warung
depan, bilang saja saya yang nyuruh ya
sayang.”
Ayu : “yasudah deh sayang saya coba dulu ya?”
Ayu berjalan ke warung
depan rumah tiba-tiba bertemu dengan wanita pelacur yang tadinya memata-matai
Sobirin. Ahh wanita itu lagi, Aku harap tidak mengganggu Ayu yang tidak tau
apa-apa, tapi kelihatannya wanita itu tau bahwa Ayu adalah istri Sobirin.
Ayu : “yu mi, tumbas gendis, tapi ngebon
riyen nggeh engken mas Sobirin sing
mbayar”
Yu mi : “oh nggeh pun pinten kilo?”
Ayu : “seperempat mawon yuk.”
yu mi : “iyo nyoh iki”
tiba-tiba wanita pelacur menyindirAyu yang baru saja mengutang gula pada Yu mi.
Wanita : “yuuuu yuuu kok gelem diutang karo
wong sing gak kenal sampean, awas
dibijuk’i loh yuuu... Ojok gampang
percoyo sampean karo wong anyar ngunu
iku, awas tukang gendam loh wong iku”
Ayu tak menghiraukan lalu pulang dengan menangis. Ragaku tau Ayu menangis, namun bertanya-tanya di benaknya, kenapa tiba-tiba Ayu menangis dan lari ke kamarnya? Dia bergegas berdiri dan menghampiri Ayu kemudian bertanya padanya.
Sobirin : “sayang kenapa kamu menangis? Apa
Yu mi tidak mau memberi hutang gula
kepada kita?”
Ayu : “bukan begitu mas, kita dikasih
hutangan gula kok oleh yu mi”
Ayu : “yu mi, tumbas gendis, tapi ngebon
riyen nggeh engken mas Sobirin sing
mbayar”
Yu mi : “oh nggeh pun pinten kilo?”
Ayu : “seperempat mawon yuk.”
yu mi : “iyo nyoh iki”
tiba-tiba wanita pelacur menyindirAyu yang baru saja mengutang gula pada Yu mi.
Wanita : “yuuuu yuuu kok gelem diutang karo
wong sing gak kenal sampean, awas
dibijuk’i loh yuuu... Ojok gampang
percoyo sampean karo wong anyar ngunu
iku, awas tukang gendam loh wong iku”
Ayu tak menghiraukan lalu pulang dengan menangis. Ragaku tau Ayu menangis, namun bertanya-tanya di benaknya, kenapa tiba-tiba Ayu menangis dan lari ke kamarnya? Dia bergegas berdiri dan menghampiri Ayu kemudian bertanya padanya.
Sobirin : “sayang kenapa kamu menangis? Apa
Yu mi tidak mau memberi hutang gula
kepada kita?”
Ayu : “bukan begitu mas, kita dikasih
hutangan gula kok oleh yu mi”
Sobirin :
“lantas apa sayang yang membuatmu
menangis?”
Ayu : “enggak ada apa-apa mas...”
Sobirin : “ini pasti ada yang tidak beres disana”
Ayu : “enggak mas, sudah nggak ada apa-apa
denganku. Aku hanya kelilipan di jalan
tadi. Sudah mas nggak usah khawatir”
menangis?”
Ayu : “enggak ada apa-apa mas...”
Sobirin : “ini pasti ada yang tidak beres disana”
Ayu : “enggak mas, sudah nggak ada apa-apa
denganku. Aku hanya kelilipan di jalan
tadi. Sudah mas nggak usah khawatir”
Ragaku masih saja
curiga ada apa dengan istrinya, kenapa sepulang dari warung Ayu menangis? Jelas
saja Ayu menangis ada seseorang yang menyindirnya dengan kasar tadi di warung,
wanita pelacur jahanam itu. Yang syirik atas apa yang Ayu punya sekarang,
sungguh pengganggu wanita kotor itu. Aku benci sekali dengannya.
Esok harinya Sobirin
pamit pergi bekerja. Pagi sekali dia berangkat. Tanpa membawa peralatan kerja
apapun. Memang mau kerja dimana? Setauku dia tidak pernah bekerja. Ya mungkin
dia mau melamar kerja lebih tepatnya. Aku jadi kasihan kepada Ayu saat ini.
Sobirin : “sayang, mas pamit kerja dulu ya”
Ayu : “iya. Hati-hati ya mas semoga rejekinya
di lancarkan dan barokah, aminn”
Sobirin : “iya amin sayang”
hingga sekarang Ayu tidak tau bahwa Raga masih tidak punya pekerjaan. Kasian......
Sobirin : “sayang, mas pamit kerja dulu ya”
Ayu : “iya. Hati-hati ya mas semoga rejekinya
di lancarkan dan barokah, aminn”
Sobirin : “iya amin sayang”
hingga sekarang Ayu tidak tau bahwa Raga masih tidak punya pekerjaan. Kasian......
Ragaku pergi ke arah pasar.
Oh ternyata ini yang dia anggap kerja, tetap saja dia memalak, merampas,
mencuri, dan mengancam orang-orang di pasar. Kemudian berjalan ke arah rumah
kosong, tempat dia melakukan perjudian. Di sana sudah ada teman-teman judinya.
Minto, Japar dan Bowo. Bermainlah mereka disana.
Hari ini Ragaku kalah,
dan tidak mendapatkan uang sama sekali. Hanya membawa pulang barang rampasan
dari pasar untuk persediaan makanan di rumah. Tetap saja Ayu tidak tau kelakuan
suaminya di luar sana, tapi Ayu juga bingung kenapa Sobirin tidak membawa uang
sama sekali malah membawa makanan banyak.
Malamnya Ragaku masih
saja santai dengan Ayu hingga terlelap tidur. Lalu tiba-tiba Ragaku terbangun
kemudian massuk ke kamar rahasia. Mau apa dia?
Raga : “mbah aku kate nggolek duwek gede
gae bojoku, gae manganku.”
Raga : “mbah aku kate nggolek duwek gede
gae bojoku, gae manganku.”
“Niat ingsun mlaku, ono konang ojok dicutik, mlaku yo mlaku, lek
konangan ojok dilirik”
Mantra apa itu?
Aku tidak pernah tau. Aku tidak pernah mendengarnya, Apa dia mau melakukan
sesuatu hal yang baru? Mungkin iyaaa... emangnya dia mau kerja apa di malam
hari?
Raga berjalan keluar.
Malam-malam gini mau kemana dia. Ayu saja masih lelap tidur.
Apa Raga tidak takut? Apa Raga tidak dingin?
Kenapa dia hanya menggunakan celana pendek dengan telanjang dada? Apa sih yang akan dia lakukan? Raga berjalan ke arah timur lalu berhenti di depan rumah juragan besi tua, orang-orang memanggilnya bos brengs. Raga dengan santainya masuk ke dalam rumah ini, lalu mengambil uang banyak sekali. Ohhh dia mencuri, jadi mantra itu tadi dipakai untuk mencuri. Ragaku benar-benar tidak bisa merubah dirinya,. Aku tidak habis pikir dengan tingkah, sifat, benar-benar tidak bisa ditebak kadang baik sekali, kadang buruk sekali. Atau mungkin dia baik hanya didepan Ayu saja. Aku jadi tambah kasian pada Ayu.
Apa Raga tidak takut? Apa Raga tidak dingin?
Kenapa dia hanya menggunakan celana pendek dengan telanjang dada? Apa sih yang akan dia lakukan? Raga berjalan ke arah timur lalu berhenti di depan rumah juragan besi tua, orang-orang memanggilnya bos brengs. Raga dengan santainya masuk ke dalam rumah ini, lalu mengambil uang banyak sekali. Ohhh dia mencuri, jadi mantra itu tadi dipakai untuk mencuri. Ragaku benar-benar tidak bisa merubah dirinya,. Aku tidak habis pikir dengan tingkah, sifat, benar-benar tidak bisa ditebak kadang baik sekali, kadang buruk sekali. Atau mungkin dia baik hanya didepan Ayu saja. Aku jadi tambah kasian pada Ayu.
Setelah mendapat uang
banyak Raga berjalan pulang, lalu bertemu wanita pelacur bergaun merah yang
pulang dari tempat pelacurannya. Ditariklah Raga ke pelukannya. Raga tidak
mengelak dan akhirnya Raga terbawa ke rumah wanita pelacur itu, disana mereka
bercinta. Setelah sadar wanita itu tidak mau dibayar oleh Raga. Wanita itu
meminta 1 permintaan agar menjadi kekasih Ragaku. Ragaku menyetujuinya. Apa
maksud ragaku itu? Apa dia tidak ingat kalau sudah punya istri? Hari ini aku
benar-benar kecewa sekali pada Ragaku.
Setelah adzan subuh
Raga ditemukan tergeletak tidur di ubin depan rumah. Ayu kaget sekali kenapa
dia bisa tertidur di depan rumah?
Ayu : “loh mas kok tidur di depan rumah?
Baju mas juga kemana?
Raga : “iya di dalem tadi panas makanya aku
keluar dari rumah mau cari angin.”
Ayu : “ohh gitu? Yaudah mas gak siap-siap
pergi kerja? Ntar kesiangan loh”
Raga : “oiya sayang mas mau siap-siap dulu”
Ayu : “loh mas kok tidur di depan rumah?
Baju mas juga kemana?
Raga : “iya di dalem tadi panas makanya aku
keluar dari rumah mau cari angin.”
Ayu : “ohh gitu? Yaudah mas gak siap-siap
pergi kerja? Ntar kesiangan loh”
Raga : “oiya sayang mas mau siap-siap dulu”
Sudah rapi sekali
gayanya, kemudian pamit bekerja, tapi apa yang dilakukannya, kamu tau dia
kemana? Dia pergi ke rumah wanita pelacur tadi. Bukan untuk bekerja, bukan juga
untuk bercinta. Hanya saja mengambil uang curiannya tadi malam yang sengaja
ditinggalnya di rumah wanita pelacur bergaun merah.
Cepat sekali Raga
sampai di rumah. Ayu istri Sobirin atau Ragaku terkejut
Ayu : “cepat sekali dia bekerja, belum ada 2
jam dia pergi meninggalkan rumah
kenapa dia sudah pulang lagi? Apa dia
tidak bekerja? Tapi kenapa sudah
membawa banyak uang?”
gumam Ayu dalam hati sangat kebingungan dengan tingkah suaminya itu.
Ayu : “cepat sekali dia bekerja, belum ada 2
jam dia pergi meninggalkan rumah
kenapa dia sudah pulang lagi? Apa dia
tidak bekerja? Tapi kenapa sudah
membawa banyak uang?”
gumam Ayu dalam hati sangat kebingungan dengan tingkah suaminya itu.
Saat Ayu pergi kepasar,
banyak orang yang menggumam membicarakkannya. Dia mendengar hampir semua orang
mengolok-ngolokannya sebagai suami preman, suami pencuri, suami pembegal. Ayu sangat malu sekali dia pulang
rumah dengan menangis. Semakin curiga Ayu dengan suaminya, kecewa tapi belum
terbukti, jadi ayu belum sepenuhnya percaya omongan orang-orang di luar sana.
Ayu mengikuti Ragaku
yang sedang berjalan pergi dari rumah dimalam hari. Karna Ayu penasaran sekali
dengan apa yang orang-orang omongkan tadi di pasar. Saat itu Sobirin menghadang
orang yang lewat di dekat rumahnya, kemudian mencuri di rumah pak bendahara RT.
Sepertinya mencuri uang kas RT.
Ayu : “Owh ternyata benar kata orang suami
pencuri, pemalak, dan perampas harta
orang lain. Aku kecewa benar-benar
kecewa.
Ayu : “Owh ternyata benar kata orang suami
pencuri, pemalak, dan perampas harta
orang lain. Aku kecewa benar-benar
kecewa.
Ayu kecewa langsung berlari pulang
kemudian menangis hingga tertidur. Setelah pagi datang Ayu sudah memberi wajah
murung kepada Sobirin. Sepertinya Ayu kesal sekali.
Ragaku tidak menyapa
Ayu sama sekali malah pergi keluar rumah begitu saja. Di rumah Ayu teringat dengan satu kamar rahasian yang Raga
larangkan Ayu untuk masuk ke dalam kamar itu. Hari itu Ayu lancang menberanikan
diri untuk masuk ke dalam kamar itu. Kaget kemudian terdiam sekejap, lalu
keluar dia menangis lagi.
Ayu : “ternyata seperti ini mas Sobirin aku
kecewa dengan apa yang telah dia
lakukan. Dia membohongi aku.
Ayu : “ternyata seperti ini mas Sobirin aku
kecewa dengan apa yang telah dia
lakukan. Dia membohongi aku.
Ayu marah lalu
meninggalkan rumah. Tidak pulang ke rumah bude pakdenya melainkan entah kemana
dia pergi, dia sudah benar-bnar kecewa, apa yang dilakukan Rga sudah
keterlaluan jauh dari sifat yang Ayu punya, belum lagi saat berjalan pergi yu
mi menyapa dan menambahkan maslah, seperti memberi informasi bahwa Raga sering
pergi ke rumah pelacuran dan meninggalkan Ayu.
Pernikahan yang masih
seumur jagung sudah hancur begitu saja. Sakit hati sekali Ayu pada Sobirin si
Ragaku yang banyak dosa itu. Ragaku juga
tidak tau bahwa Ayu sedang mengandung jabang bayinya yang berumur 2 minggu. Itu
juga menjadi alasan buat Ayu, kenapa Ayu harus pergi dari rumah karna dia takut
kelak ayinya seperti ayahnya.
Sesampai Ragaku pulang
ke rumah, Ragaku bingung kenapa Ayu pergi meninggalkan dia dan rumahnya. Siapa
lagi yang mau merawatnya. Sangat bingung sekali. Namun tidak dicari kepergian
Ayu malah Raga pergi ke rumah wanita pelacur untuk menghibur dirinya dengan
meluapkan amarahnya dalam bercinta dengan si Wanita pelacur tanpa bayaran.
Sobirin atau Ragaku
bermain kasar dengan wanita pelacur ini. Kasian sebenarnya tapi kenapa wanita
ini masih menikmati permainan kasar ini? Apa benar dia sudah sangat jatuh
cintanya sama Ragaku. Bisa di bilang psikopat dalam percintaan.
Saat perciuman awal
tadi di mulai, Raga bukan menciumi bibir wanita pelacur namun menggigitnya
hingga berdarah, entah esok jadi apa bibir itu, Lalu Raga memasukkan pedangnya
sambil menjambak rambut panjangnya dengan tangan kanannya, serta tangan kirinya
memukuli pantatnya yang membentuk gitar spanyol ini, lalu Raga meludahi dadanya
dan kemudian menggigit gemas putik bunga kantil hingga mengeluarkan madu merah
alias berdarah. Wanita itu harusnya
kesakitan tapi tidak, dia malah menjadi-jadi, semakin merangsang dirinya,
desahan-desahannya membuat amarah Raga semakin membara untuk dilampiaskan
padanya. Tidak seperti biasanya Raga bercinta selama 2 jam. Ini benar-benar
bukan nafsu tapi pelampiasan kekesalan raga atas hilangnya Ayu dari
kehidupannya. Raga sebenarnya kecewa dengan dirinya sendiri tapi Raga juga
egois akan dirinya. Dia sudah gagal menjadi seorang suami.
oooOooo
Dia Mati Aku Hidup
Hingga tua Raga tetap saja seperti ini
mencuri, memalak, merampas, dan melakukan seks bebas dengan banyak wanita,
terutama dengan wanita pelacur bergaun merah yang dikenalnya dulu. Umurnya
hampir setengah abad kenapa masih saja seperti ini. Aku lelah bersandar pada
tubuhnya mungkin ini sudah waktunya aku bertindak tapi bagaimana? Bagaimana
kalau ruh jahat menguasainya akan jadi manusia model apa Sobirin ini?
Malam hari setelah adzan isya Raga ingin
membuat secangkir kopi tapi persediaan bahan makanan di dapur sudah benar-benar
habis, bersih, kosong tidak ada apa-apa sama sekali. Raga pergi mengindap-indap
mencuri di warung yu Mi. Saat ini Yu mi memang tidak ada di rumah dia pergi ke
masjid dari adzan maghrib tadi. Di ambillah bebrapa makanan ringan, dan sekilo
gula dan kopi.
Yu mi : “haah? Ono opo iki? Warungku kok dadi
berantakan koyok ngene? Iki aku wero pasti
tandangane Sobirin tukang maling.
Kebacutmu ren sobiren, wong yoooo utang
dikek’i laopo koen atek nyolong-nyolong
ngeneh iki? Awas koen yo delok’en ae,
meneh maneh gak dai uwong koen ren
sobiren.”
Yu mi : “haah? Ono opo iki? Warungku kok dadi
berantakan koyok ngene? Iki aku wero pasti
tandangane Sobirin tukang maling.
Kebacutmu ren sobiren, wong yoooo utang
dikek’i laopo koen atek nyolong-nyolong
ngeneh iki? Awas koen yo delok’en ae,
meneh maneh gak dai uwong koen ren
sobiren.”
Terlihat berantakan sekali saat yu Mi
pulang dari masjid. Yu Mi juga sudah curiga kalau ini semua yang melakukan
Sobirin, tapi yu Mi tidak mau menuduh sembarangan, suatu saat yu Mi akan
melakukan sesuatu untuk menjebak Sobirin di warungnya. Harusnya sobirin malu
sudah melakukan hal itu. Tapi sobirin masih saja beraktifitas seperti biasa.
Padahal ia sudah menjadi bahan perbincangan di desanya.
Suatu malam Sobirin melakukan hal yang
sama yaitu mencuri. Kali ini Sobirin mencuri di rumah pak RW di situ memang
tempatnya uang untuk kepentingan RW. Di situ Sobirin ketahuan lalu membunuh pak
RW, istrinya, dan juga kedua anak pak RW. Semenjak itu Sobirin menjadi buronan
polisi.
Hebatnya dia tidak pernah ditemukan oleh
orang-orang juga polisi setempat. Aku dan Ragaku kini hidup di suatu desa yang
terpencil yang kebetulan hanya ada 1 gubuk di tengah-tengah hutan larangan.
Cara tradisional untuk mencari makan dengan berburu hewan-hewan yang bisa di
makan.
Lama kelamaan seseorang yang sendirian
pasti akan jenuh. Sobiri berubah menjadi seseorang yang berpenampilan rambut
gondrong dan brewok di pipinya sangat lebat. Tiba-tiba saja Sobirin mendtangi
rumah Pakde dan Bude Lilik. Lalu dia menanyakan Ayu. Sebenarnya Sobirin rindu
kepada Ayu, tapi dia juga egois dengan dirinya sendiri.
Pakde : “loh sobirin, awakmu sek urip le? Tak kiro
wes mati di pangan kewan-kewan neng alas
kono, soale aku krungu nek awkmu kabur
nang hutan larangan pas mari mateni
keluargae pak RW Sarif.”
Sobirin : “mboten pak de, kulo taksih sehat meskipun
rodok pincang kados ngeten”
memang Sobirin mengalami cidera kaki gara-gara tersandung akar pohon bringin yang sangat besar, saat kabur dari kejaran polisi-polisi dan warga atau tetangganya saat kejadian pembunuhan dulu.
Pakde : “sakjane onok perlu opo le? Akmu rene
maneh? Aku rdok wedi, opo awkmu dendam
nang aku karo warga-warga neng kene?”
Sobirin : “mboten pakde kulo mriki bade tanglet,
nopo Ayu garwo kulo teng mriki?”
Bude : “lhooohh bukane Ayu wes tak pasrahno
karo awkmu ta le? Kok malah awkmu
nggolek’i Ayu mrene? Ehhh gak kliru ta?”
Sobirin : “lhooh mboten bude, Ayu sampun dangu
ninggal kulo teng griyo piyambak’an. Kulo
mboten ngertos Ayu ten pundi? Terose kulo
Ayu wangsul teng mriki bude. Mangkane
kulo mbalek mriki”
Bude : “ loh alah leee.... arek ikoh nang di yo le?
Terakhir dee ngomong nang aku lek dee
meteng rong minggu, iku anakmu lee...”
bude bicara sambil menangis dan khawatir.
Sobirin : “lhoohh? Ngoten to bude? Ya Alloh. Aku
kok sembrono ngeneh yoooo? Bojoku karo
anakku kok ninggalno aku yooo??”
Pakde : “koen kok rah becus le njogo Ayu, janjimu
biyen kate njogo Ayu temen-temen. Tapi
saiki koyok ngeneh hasile. Wes ngaliho teko
kene lee aku kecewa karo koen. Ojok
nganggep aku pakde karo budemu iki maneh.
Wes buyar seduurane awakdewe sampek sak
mene ae.”
Bude : “loh pak ayok nggolek’i Ayu, menowo Ayu
muleh nang desoe daerah kebumen kono pak,
ayok digolek’i pak”
Pakde : “iyo bu’e sek tak ngandani arek iki. Wes
ren sobiren awakmu gak usah nganggep Ayu
karo anak’e iku mau anak lan bojomu. Wes
pedoto sakmene awkmu karo Ayu yo ren,
wes ojok melk nggolek’i. Wes engko koen
aku sing nukokno surat pegatanmu karo Ayu.
Wes saiki mulio !”
Sobirin : “sepurone sing katah pakde. Sampean leres
pak de kulo mboten pantes damel Ayu.
Pakde kulo nuwun setunggal nggeh pakde.
Pakde kale bude mpun ngandiko teng
tiyang-tiyang kulo mbalek teng mriki nggeh
pakde bude? Kulo nggeh titip Ayu lan yugo
kulo nggeh pak de bude. Ngapunten sing
katah pakde bude”
Bude : “yowes lee, njogoen awkmu ati-ati yo le?”
Sobirin : “enggeh bude, assalamualaikum”
Pakde : “loh sobirin, awakmu sek urip le? Tak kiro
wes mati di pangan kewan-kewan neng alas
kono, soale aku krungu nek awkmu kabur
nang hutan larangan pas mari mateni
keluargae pak RW Sarif.”
Sobirin : “mboten pak de, kulo taksih sehat meskipun
rodok pincang kados ngeten”
memang Sobirin mengalami cidera kaki gara-gara tersandung akar pohon bringin yang sangat besar, saat kabur dari kejaran polisi-polisi dan warga atau tetangganya saat kejadian pembunuhan dulu.
Pakde : “sakjane onok perlu opo le? Akmu rene
maneh? Aku rdok wedi, opo awkmu dendam
nang aku karo warga-warga neng kene?”
Sobirin : “mboten pakde kulo mriki bade tanglet,
nopo Ayu garwo kulo teng mriki?”
Bude : “lhooohh bukane Ayu wes tak pasrahno
karo awkmu ta le? Kok malah awkmu
nggolek’i Ayu mrene? Ehhh gak kliru ta?”
Sobirin : “lhooh mboten bude, Ayu sampun dangu
ninggal kulo teng griyo piyambak’an. Kulo
mboten ngertos Ayu ten pundi? Terose kulo
Ayu wangsul teng mriki bude. Mangkane
kulo mbalek mriki”
Bude : “ loh alah leee.... arek ikoh nang di yo le?
Terakhir dee ngomong nang aku lek dee
meteng rong minggu, iku anakmu lee...”
bude bicara sambil menangis dan khawatir.
Sobirin : “lhoohh? Ngoten to bude? Ya Alloh. Aku
kok sembrono ngeneh yoooo? Bojoku karo
anakku kok ninggalno aku yooo??”
Pakde : “koen kok rah becus le njogo Ayu, janjimu
biyen kate njogo Ayu temen-temen. Tapi
saiki koyok ngeneh hasile. Wes ngaliho teko
kene lee aku kecewa karo koen. Ojok
nganggep aku pakde karo budemu iki maneh.
Wes buyar seduurane awakdewe sampek sak
mene ae.”
Bude : “loh pak ayok nggolek’i Ayu, menowo Ayu
muleh nang desoe daerah kebumen kono pak,
ayok digolek’i pak”
Pakde : “iyo bu’e sek tak ngandani arek iki. Wes
ren sobiren awakmu gak usah nganggep Ayu
karo anak’e iku mau anak lan bojomu. Wes
pedoto sakmene awkmu karo Ayu yo ren,
wes ojok melk nggolek’i. Wes engko koen
aku sing nukokno surat pegatanmu karo Ayu.
Wes saiki mulio !”
Sobirin : “sepurone sing katah pakde. Sampean leres
pak de kulo mboten pantes damel Ayu.
Pakde kulo nuwun setunggal nggeh pakde.
Pakde kale bude mpun ngandiko teng
tiyang-tiyang kulo mbalek teng mriki nggeh
pakde bude? Kulo nggeh titip Ayu lan yugo
kulo nggeh pak de bude. Ngapunten sing
katah pakde bude”
Bude : “yowes lee, njogoen awkmu ati-ati yo le?”
Sobirin : “enggeh bude, assalamualaikum”
Raga berjalan pulang ke gubuk tempat kita
selama ini bersembunyi. Raga selalu memikirkan Ayu dan bagaimana kelak wajah
anaknya. Setiap hari dia menangis.
Setahun dua tahun, Raga semakin tua dan
menua. Tubuhnya yang mulai melemah, penampilannya yang sudah tak karu-karuan.
Lama kelamaan dia gila. Menangis, tertawa, marah, bahkan bahagia dengan
sendirinya. Terkadang aku kasian padanya. Tapi memang itu balasan dari Alloh
SWT.
Suatu hari saat Raga mencari ikan di
sungai dia terpeleset lalu terbawa oleh aliran air sungai yang deras. Tapi dia
masih saja selamat. Sebenarnya dari pada aku melihatnya tersiksa seperti ini
mending dia mati saja. Aku harus bisa mempengaruhi ruh jahat agar membuat Raga
menjadi mati.
Saat malam tiba Raga tertidur dan aku
menyapa ruh jahat. Aku dan ruh jahat merencanakan sesuatu untuk memperlancar
kematiannya.
Aku : “he ruh jahat, kenapa tidak kamu bunuh
saja sekalian Raga ini? Bukankah kita masih
bisa menemukan Raga-Raga yang lebih baik
di luar sana? kenapa Raga busuk ini masih
kita pertahankan?”
Ruh Jahat:“kamu benar sekali. Kita bunuh saja Raga
tua bangka ini. Hahahaaaa...”
Aku : “lantas bagaimana caranya?”
Ruh jahat:”sudahlah, kamu tidak usah ikut campur.
Aku bisa mengatasinya sendiri”
Aku : “he ruh jahat, kenapa tidak kamu bunuh
saja sekalian Raga ini? Bukankah kita masih
bisa menemukan Raga-Raga yang lebih baik
di luar sana? kenapa Raga busuk ini masih
kita pertahankan?”
Ruh Jahat:“kamu benar sekali. Kita bunuh saja Raga
tua bangka ini. Hahahaaaa...”
Aku : “lantas bagaimana caranya?”
Ruh jahat:”sudahlah, kamu tidak usah ikut campur.
Aku bisa mengatasinya sendiri”
Ternyata pada siang harinya Ruh jahat
benar-benar menguasai Raga. Lalu dibawanya Raga di tepi jurang sebenarnya mau
melakukan apa Ruh jahat pada Raga yang malang ini? Raga berjalan tertatih-tatih
dan ketawa,menangis seperti orang gila yang sudah stadium akhir. Benar-benar
rusak Raga ini. Lalu bagaimana pertanggung jawabanku di akhirat nanti atas
orang ini?
Tiba-tiba kita bertiga terjatuh. Aku
melihat Raga tidur, lalu Aku dan Ruh jahat keluar dari tubuhnya dan tidak bisa
kembali ke tubuhnya lagi. Apa ini yang namanya mati?
Apa benar Raga telah mati?
Mati di dasar jurang yang curam ini?
Ohh malang sekali nasibmu Sobirin. Ragaku yang belum sempat bertaubat dan sekarang harus menanggung dosa-dosanya di akhirat sana..
Innalillahi wainnnailaihi roji’un........................ !!!!!!!
Apa benar Raga telah mati?
Mati di dasar jurang yang curam ini?
Ohh malang sekali nasibmu Sobirin. Ragaku yang belum sempat bertaubat dan sekarang harus menanggung dosa-dosanya di akhirat sana..
Innalillahi wainnnailaihi roji’un........................ !!!!!!!
oooTAMAToo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar